Tuesday, August 20, 2013

Evakuasi, Dua Rasa


Setelah Revolusi 25 Januari 2011, kini Mesir kembali bergolak. Evakuasi pun kembali ramai dibahas oleh setiap Negara yang memiliki warga. Dan beberapa Negara sudah melakukan evakuasi pada warganya. Termasuk Thailand dan Malaysia. Thailand melakukan evakuasi pada hari minggu dan kemudian disusul oleh Malaysia.

Kini, Indonesia pun akan menyusul melakukan evakuasi. Dan proses evakuasi sudah dimulai dengan cara pendataan kepada warga Negara Indonesia yang ingin ikut dalam evakuasi. Pendataan ini dilakukan tidak lebih dikarenakan, dikalangan Masisir sendiri masih banyak yang enggan untuk dievakuasi dan mempunyai alasan sendiri-sendiri.

Juga, karena evakuasi kali ini berbeda dengan evakuasi sebelumnya. Jika, pada tahun 2011, warga Negara Indonesia dievakuasi dengan catatan setelah Mesir kembali aman, Pemerintah akan menfasilitasi warganya untuk kembali lagi ke Mesir. Dan kali ini evakuasi hanya akan dilakukan dengan rincian sekali jalan saja (one way) ke Jakarta. Sehingga bagi warga yang ingin dievakuasi dengan syarat tersebut diperbolehkan untuk mendaftarkan diri.

Kembali bercerita dengan topik "evakuasi". Bagi saya, selalu saja ada hal yang membuat hati saya mengharu biru. Karena kabar evakuasi tidaklah menjadi kabar yang selalu menyenangkan buat saya. Tetapi bukan berarti saya tidak ingin meninggalkan Mesir yang sedang dalam keadaan bergolak ini. Saya sendiri punya alasan yang tidak membuat saya harus senang dengan evakuasi.


Begitu juga dengan anak saya yang pertama, Adnan. Yang tahun ini duduk di kelas VI SD, di Al-Azhar Al Sharif. Ketika saya mengatakan kita akan dievakuasi dan akan kembali ke Indonesia, tidaklah membuatnya bergembira. Raut wajahnya tak menampakkan kebahagiaan karena akan meninggalkan tanah kelahirannya, Mesir. Lebih lagi karena Adnan memikirkan sekolahnya. Adnan benar-benar enggan untuk meninggalkan Mesir. Adnan selalu bersemangat tinggal di Mesir dengan cita-citanya yang akan terus melanjutkan sekolah di Al-Azhar hingga bisa duduk di bangku
(kuliah) Al-Azhar University. Karena semangatnya Adnan rela untuk ditinggalkan di Mesir sendiri, jika kami sudah ingin pulang ke Indonesia. Hufff .

Namun, apa yang Adnan rasakan tidak terjadi pada diri adiknya, Adam. Mendengar kata evakuasi, Adam malah sontak bergembira. Wajahnya semringah, pertanyaan "Kapan kita pulang" pun diulang-ulanginya. Adam benar-benar senang mendengar kita akan dievakuasi. Karena senangnya Adam membuat rencana, tentang apa-apa yang akan dilakukannya setelah sampai di Indonesia. Ingin itu ingin ini, mau begitu mau begini. Bagi Adam kembali ke Indonesia benar-benar menyenangkan. Karena senangnya, ketika saya menanyakan tentang sekolahnya. Adam dengan mudahnya menjawab, ''Adam nanti sekolah di Indonesia saja".

Semoga keinginan Adam untuk sekolah di Indonesia, bukan karena Adam menyerah sekolah di Al-Azhar, yang ketika hari sekolah tiba, harus kelimpungan karena home work dan hafalan Al-Qur'annya. Saya berharap senangnya Adam adalah bentuk kecintaannya pada tanah kelahiran orang tuanya, Indonesia!

Bagi kami, tentang evakuasi menjadi kabar yang sudah memberi dua rasa. Rasa senang dan rasa sedih. Namun, meskipun begitu kami akan tetap melangkah bersama. Jika seandainya benar akan dilakukan evakuasi kami akan pulang. Dan segala sesuatu yang sudah kami rencanakan, akan kembali kami serahkan kepada yang Maha Kuasa. Karena kami yakin sebaik apapun rencana kami, rencana Allah kepada setiap hamba-Nya pasti jauh lebih baik.

Cairo, 21 Agustus 2013

2 comments:

  1. Adnan visioner sekali ya. Sudah tahu apa yang diinginkan dan bagaimana mendapatkannya. Adam pun cerdas. Subhanallah.

    Moga2 keputusan akhir yang terbaik untuk semua ya Bu. Mudah2an kita' sekeluarga dalam lindungan Allah SWT

    ReplyDelete
    Replies
    1. Adnan berkeinginan sekali untuk tetap sekolah di Azhar, padahal dulu Azhar hanya pelarian saja, coz hanya Azhar yang mampu di saku kami .. Hehehe

      *Amin ya Rabb .. Makasih atas doanya Bu Niar, doa yang sama untuk Bu Niar dan keluarga*

      Delete