Bapak Andrie Wongso |
Pernahkah dalam sebuah organisasi, Anda menemukan seseorang yang merasa
paling hebat, merasa paling banyak memberikan kontribusi, merasa
dirinya menjadi tulang punggung organisasi, dan seolah-olah bila tidak
ada dia, maka roda bisnis perusahaan akan berhenti, merasa paling tahu
segalanya sampai-sampai mengatakan saya tidak perlu lagi belajar?
Dalam pengalaman memberikan training bagi sebagian perusahaan, saya kerap menerima sharing dari
peserta yang mengatakan mereka kerap menemukan orang-orang dengan tipe
yang diatas. Bahkan ada yang mengatakan mengatasi karyawan yang
kompetensinya kurang dan mau belajar masih jauh lebih mudah dibandingkan
mengatasi karyawan yang kompetensinya baik tetapi merasa sombong dan
menyepelekan aspek pengembangan diri.
Melakoni peran sebagai seorang fasilitator dan trainer pengembangan
diri, saya pernah mendengar salah satu pesan yang selalu saya ingat
yaitu “Kamu harus terus belajar” Belajar tidak semata-mata dari
buku, melainkan mau belajar dari orang lain. Prinsip ini yang mendasari
perjalanan saya sebagai seorang trainer. Saya belajar banyak dari
peserta saya setiap kali sesi dalam kelas.
Saya jadi teringat akan
sebuah kisah yang menceritakan tentang 2 panglima perang. Kedua panglima
perang ini diberi tugas untuk memimpin beberapa pasukan dalam
penyerangan ke dua tempat yang berbeda. Yang satu ditugaskan ke wilayah
barat, dan yang satu lagi ditugaskan ke wilayah timur. Setelah pergi
berperang selama kurang lebih 3 hari, kedua panglima ini pulang
memberikan kabar kepada Kaisar Istana. Sebelum kedua panglima ini
memberikan laporannya, Sang Kaisar sudah mengetahui hasilnya lewat
seorang pengintai yang dikirim ke wilayah barat dan timur.
Sampailah
pada saat panglima pertama memberikan laporannya, ia mengutarakan dengan
sangat baik, diplomatis, dan mengucapkan terima kasih atas kepercayaan
yang diberikan Kaisar kepada dirinya. Giliran panglima kedua
menyampaikan laporannya tiba, ia memulainya dengan menyombongkan
kemampuan dirinya yang berhasil memimpin pasukannya, dan ia menganggap
tanpa dirinya, pasukannya pasti sudah meninggal semua. Ia menganggap
dirinyalah sebagai kunci keberhasilan penyerangan. Seolah-olah tidak ada
panglima lain yang lebih baik dari dirinya.
Diatas kertas, Kaisar ini memuji keberhasilan kedua panglima ini dalam
memimpin sebuah misi istana. Akan tetapi pada saat penyampaian informasi
dari kedua panglima ini, sang Kaisar lebih terkesan dengan panglima
yang pertama dibandingkan yang kedua. Sang Kaisar akhirnya berkata
kepada panglima yang kedua, “Kamu memang pintar dalam strategi, kamu
juga baik dalam memimpin pasukan, tapi keberhasilan ini bukan karena
satu orang yaitu dirimu sendiri, melainkan kekompakan pasukan Anda yang
membuat ini berhasil. Kesombonganmu hari ini akan menjatuhkan reputasimu
di masa yang akan datang. Anda akan kehilangan kepercayaan dari pasukan
Anda, jika Anda masih berperilaku seperti ini
Banyak orang pintar, tapi ada yang mengatakan pintar saja tidak cukup. Kemampuan Anda membawa diri dalam sebuah komunitas lewat tutur kata, perilaku, disitulah kepintaran Anda diuji dan dilihat.
Panglima kedua memang pintar, akan tetapi dimata Kaisar hal itu tidak
menjadi nilai yang penting lagi karena perilakunya yang arogan dan
menganggap dirinya yang terbaik. Jangan merendahkan siapapun dalam
hidup. Jangan menganggap karena kepintaran, kehebatan, pengalaman,
lantas kita boleh meremehkan orang lain. Akan tetapi jadilah pribadi
yang dapat menunjukkan penghargaan kepada orang lain. Banyak orang
pintar, tapi sedikit yang rendah hati. Jadilah rendah hati dan mau belajar dari orang lain. Selalu ada tempat bagi yang rendah hati, tapi tidak bagi yang sombong.
Hampir beberapa petinggi perusahaan yang pernah berdiskusi dengan saya
mulai dari jajaran manager, general manager, bahkan sampai CEO
sekalipun, mereka memiliki kerendahan hati yang luar biasa untuk mau
mendengarkan dan belajar dari orang lain. Tidak sekalipun terlihat sisi
kesombongan yang ditunjukkan lewat sikap dan perilakunya. Mereka tidak
merasa pintar, tapi mereka hanya ingin berbagi apa yang pernah menjadi
pengalaman mereka kepada orang lain, dan tidak segan-segan mereka juga
mau belajar dari staf maupun supervisornya.
Apapun jabatan Anda saat ini, apapun gelar yang Anda miliki saat ini,
setinggi apapun pendidikan Anda saat ini, jadilah pribadi yang memiliki
nilai tidak hanya dari sisi intelektual tapi dari sikap dan perilaku
Anda. Perusahaan tidak semata-mata mencari orang pintar saja, melainkan
orang yang memiliki karakter yang positif. Coba Anda perhatikan setiap
info lowongan pekerjaan yang ada, sangat jelas tertulis bahwa beberapa
perusahaan tidak hanya mencari orang dengan nilai yang bagus, dari
universitas mana ia lulus, tapi perusahaan juga melihat interpersonal skills, communication skills, dan character. Perusahaan
tidak mencari robot yang bisa mengerjakan sesuatu dengan cepat,
melainkan mencari manusia yang bisa berinteraksi positif dan kaya akan
sikap mental yang baik. Yang menghantarkan seseorang ke puncak
keberhasilan dalam karir bukan kompetensi saja melainkan ada elemen
karakter yang positif disana.
Professional Trainer, Book Author (Messages of Hope, Amazing Life, Think and Act like A Winner)
Linknya klik di sini :) :)
No comments:
Post a Comment