Monday, March 3, 2014

Pintar atau Sombong

Bapak Andrie Wongso

Pernahkah dalam sebuah organisasi, Anda menemukan seseorang yang merasa paling hebat, merasa paling banyak memberikan kontribusi, merasa dirinya menjadi tulang punggung organisasi, dan seolah-olah bila tidak ada dia, maka roda bisnis perusahaan akan berhenti, merasa paling tahu segalanya sampai-sampai mengatakan saya tidak perlu lagi belajar?


Dalam pengalaman memberikan training bagi sebagian perusahaan, saya kerap menerima sharing dari peserta yang mengatakan mereka kerap menemukan orang-orang dengan tipe yang diatas. Bahkan ada yang mengatakan mengatasi karyawan yang kompetensinya kurang dan mau belajar masih jauh lebih mudah dibandingkan mengatasi karyawan yang kompetensinya baik tetapi merasa sombong dan menyepelekan aspek pengembangan diri. 

Melakoni peran sebagai seorang fasilitator dan trainer pengembangan diri, saya pernah mendengar salah satu pesan yang selalu saya ingat yaitu “Kamu harus terus belajar” Belajar tidak semata-mata dari buku, melainkan mau belajar dari orang lain. Prinsip ini yang mendasari perjalanan saya sebagai seorang trainer. Saya belajar banyak dari peserta saya setiap kali sesi dalam kelas. 

Saya jadi teringat akan sebuah kisah yang menceritakan tentang 2 panglima perang. Kedua panglima perang ini diberi tugas untuk memimpin beberapa pasukan dalam penyerangan ke dua tempat yang berbeda. Yang satu ditugaskan ke wilayah barat, dan yang satu lagi ditugaskan ke wilayah timur. Setelah pergi berperang selama kurang lebih 3 hari, kedua panglima ini pulang memberikan kabar kepada Kaisar Istana. Sebelum kedua panglima ini memberikan laporannya, Sang Kaisar sudah mengetahui hasilnya lewat seorang pengintai yang dikirim ke wilayah barat dan timur. 

Sampailah pada saat panglima pertama memberikan laporannya, ia mengutarakan dengan sangat baik, diplomatis, dan mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan Kaisar kepada dirinya. Giliran panglima kedua menyampaikan laporannya tiba, ia memulainya dengan menyombongkan kemampuan dirinya yang berhasil memimpin pasukannya, dan ia menganggap tanpa dirinya, pasukannya pasti sudah meninggal semua. Ia menganggap dirinyalah sebagai kunci keberhasilan penyerangan. Seolah-olah tidak ada panglima lain yang lebih baik dari dirinya.

Diatas kertas, Kaisar ini memuji keberhasilan kedua panglima ini dalam memimpin sebuah misi istana. Akan tetapi pada saat penyampaian informasi dari kedua panglima ini, sang Kaisar lebih terkesan dengan panglima yang pertama dibandingkan yang kedua. Sang Kaisar akhirnya berkata kepada panglima yang kedua, “Kamu memang pintar dalam strategi, kamu juga baik dalam memimpin pasukan, tapi keberhasilan ini bukan karena satu orang yaitu dirimu sendiri, melainkan kekompakan pasukan Anda yang membuat ini berhasil. Kesombonganmu hari ini akan menjatuhkan reputasimu di masa yang akan datang. Anda akan kehilangan kepercayaan dari pasukan Anda, jika Anda masih berperilaku seperti ini


Banyak orang pintar, tapi ada yang mengatakan pintar saja tidak cukup. Kemampuan Anda membawa diri dalam sebuah komunitas lewat tutur kata, perilaku, disitulah kepintaran Anda diuji dan dilihat. Panglima kedua memang pintar, akan tetapi dimata Kaisar hal itu tidak menjadi nilai yang penting lagi karena perilakunya yang arogan dan menganggap dirinya yang terbaik. Jangan merendahkan siapapun dalam hidup. Jangan menganggap karena kepintaran, kehebatan, pengalaman, lantas kita boleh meremehkan orang lain. Akan tetapi jadilah pribadi yang dapat menunjukkan penghargaan kepada orang lain. Banyak orang pintar, tapi sedikit yang rendah hati. Jadilah rendah hati dan mau belajar dari orang lain. Selalu ada tempat bagi yang rendah hati, tapi tidak bagi yang sombong.

Hampir beberapa petinggi perusahaan yang pernah berdiskusi dengan saya mulai dari jajaran manager, general manager, bahkan sampai CEO sekalipun, mereka memiliki kerendahan hati yang luar biasa untuk mau mendengarkan dan belajar dari orang lain. Tidak sekalipun terlihat sisi kesombongan yang ditunjukkan lewat sikap dan perilakunya. Mereka tidak merasa pintar, tapi mereka hanya ingin berbagi apa yang pernah menjadi pengalaman mereka kepada orang lain, dan tidak segan-segan mereka juga mau belajar dari staf maupun supervisornya.

Apapun jabatan Anda saat ini, apapun gelar yang Anda miliki saat ini, setinggi apapun pendidikan Anda saat ini, jadilah pribadi yang memiliki nilai tidak hanya dari sisi intelektual tapi dari sikap dan perilaku Anda. Perusahaan tidak semata-mata mencari orang pintar saja, melainkan orang yang memiliki karakter yang positif. Coba Anda perhatikan setiap info lowongan pekerjaan yang ada, sangat jelas tertulis bahwa beberapa perusahaan tidak hanya mencari orang dengan nilai yang bagus, dari universitas mana ia lulus, tapi perusahaan juga melihat interpersonal skills, communication skills, dan character. Perusahaan tidak mencari robot yang bisa mengerjakan sesuatu dengan cepat, melainkan mencari manusia yang bisa berinteraksi positif dan kaya akan sikap mental yang baik. Yang menghantarkan seseorang ke puncak keberhasilan dalam karir bukan kompetensi saja melainkan ada elemen karakter yang positif disana. 
Muk Kuang
Professional Trainer, Book Author (Messages of Hope, Amazing Life, Think and Act like A Winner)

Linknya klik   di sini :) :)

No comments:

Post a Comment