Wednesday, August 28, 2013

Putih Hitam

Kemarin, sepulang dari pasar H-10. Kami bertemu beberapa orang yang berkulit hitam pake "pekat", dengan baju seragam putih hitam. Orang itu entah dari Bangsa mana, yang pasti itu bukan orang Indonesia.

Kami memperhatikan mereka begitu asyiknya menikmati jus-jus yang ada di tangannya. Namun, tiba-tiba salah seorang bocah yang berada disamping saya berkata,

"Orang itu pintar pilih bajunya"

"Kok pintar ?" tanyaku

"Iyalah, coba Mama bayangkan kalau orang itu pake bajunya hitam-hitam, Mama memangnya bisa lihat muka orang itu ?"

"$^$^&******$% .. Akhh ada aja seh, ya bisalah. Kan masih beda juga, mana baju mana muka"

Dan, jawaban saya malah membuat kedua bocah itu tertawa. Untuk lebih menghangatkan suasan yang memang sudah panas, ya saya ikut tertawa. Tapi bukan menertawai orang berseragam putih hitam itu.

Saya tertawa mengingat kepolosan bocah-bocah yang berada disamping saya. Sambil menggumam dalam hati, "Akhh ini anak-anak, lama-lama menghilangkan tulang muka saya. (Bahasa Bugisnya, Mesa matu nalai buku rupakku). Yang dalam bahasa Indonesia yang tepat ''mempermalukan".
 
 

Tuesday, August 20, 2013

Evakuasi, Dua Rasa


Setelah Revolusi 25 Januari 2011, kini Mesir kembali bergolak. Evakuasi pun kembali ramai dibahas oleh setiap Negara yang memiliki warga. Dan beberapa Negara sudah melakukan evakuasi pada warganya. Termasuk Thailand dan Malaysia. Thailand melakukan evakuasi pada hari minggu dan kemudian disusul oleh Malaysia.

Kini, Indonesia pun akan menyusul melakukan evakuasi. Dan proses evakuasi sudah dimulai dengan cara pendataan kepada warga Negara Indonesia yang ingin ikut dalam evakuasi. Pendataan ini dilakukan tidak lebih dikarenakan, dikalangan Masisir sendiri masih banyak yang enggan untuk dievakuasi dan mempunyai alasan sendiri-sendiri.

Juga, karena evakuasi kali ini berbeda dengan evakuasi sebelumnya. Jika, pada tahun 2011, warga Negara Indonesia dievakuasi dengan catatan setelah Mesir kembali aman, Pemerintah akan menfasilitasi warganya untuk kembali lagi ke Mesir. Dan kali ini evakuasi hanya akan dilakukan dengan rincian sekali jalan saja (one way) ke Jakarta. Sehingga bagi warga yang ingin dievakuasi dengan syarat tersebut diperbolehkan untuk mendaftarkan diri.

Kembali bercerita dengan topik "evakuasi". Bagi saya, selalu saja ada hal yang membuat hati saya mengharu biru. Karena kabar evakuasi tidaklah menjadi kabar yang selalu menyenangkan buat saya. Tetapi bukan berarti saya tidak ingin meninggalkan Mesir yang sedang dalam keadaan bergolak ini. Saya sendiri punya alasan yang tidak membuat saya harus senang dengan evakuasi.

Monday, August 19, 2013

Kisah Pagi, 14 Agustus


Dari kemarin malam hingga pukul 13.00 siang tadi, saya masih terjaga. Pukul 11.00 am (clt) AA turun beli ful medames untuk sarapan. Beberapa menit kemudian AA datang membawa ful dllnya. Kemudian kami sarapan sambil menonton TV. Kami menonton TV siaran live dengan beberapa channel yang selalu diganti-ganti. Kami sedang menyaksikan pembubaran demonstran di An Nahdhah dan di Rab'ah Al Adawiyah.

Seperti biasa, saat kami makan Adam pasti banyak bercerita atau bertanya ini dan itu. Sepertinya itu menjadi salah satu cara Adam, agar makanan yang masuk di perutnya tidak banyak.

Dan pagi tadi, saat kami sedang menikmati ful, tiba-tiba Adam bertanya, "Ma, orang Mesir kenapa bunuh orang Mesir ? kan huwwah huwwah, leih keda ?"

Mendengar pertanyaan Adam, saya tak mampu untuk memberinya jawaban. Saya tak mampu bukan karena tidak bisa, tapi saya bingung untuk menjelaskannya kepada Adam. Sementara saya sadar, apa yang akan saya katakan sebagai jawaban pertanyaannya nanti belum tentu Adam mengerti. Akhirnya saya memilih untuk tidak menjawabnya. ‪#‎Mama‬ Kuttu.

Belum juga pertanyaan Adam terjawab. Beberapa menit kemudian Adam kembali bertanya. Ketika di TV sudah terlihat para syuhada berjajar dengar tubuh yang berlumur darah.

"Ma, yang mati itu Bapak-bapak, kan ?"

"Iya" jawabku singkat

"Kalau yang Bapak-bapak itu ada anaknya, kan Ma ?"

"Hmm .. Mungkin ada yang ada, mungkin juga ada yang tidak ada. Kenapa ?"

"Oh, kasihan kan, Ma. Bapaknya mati, pasti anaknya menangis"

"Iya, kasihan. Kita berdoa saja ya. Semoga Mesir kembali aman biar tidak lagi ada orang yang mati, dan tidak ada anak kehilangan Bapaknya, ya".

"Iya, Ma. Kasihan kan."

Saturday, August 10, 2013

Maaf, Untukmu & Untukku Untuk Kita Semua

Maaf
Saat ini sedang hangat-hangatnya buat kita untuk bermaaf-maafan. Hal yang biasa kita lakukan saat menyambut bulan Suci Ramadan, dan ketika hari kemenangan  tiba. Bahkan beberapa hari setelah hari Idul Fitri pun kita masih saja terus melakukannya.

Seperti yang kita tahu, memberi maaf  itu adalah cara membebaskan seseorang dari kesalahan yang pernah diperbuatnya. Namun, maaf kadang menjadi  kata yang sangat mudah untuk diucapkan. Tetapi sulit untuk kita buktikan kebenarannya.

Keadaan ini tidak bisa dipungkiri. Betapa pun seringnya kita meminta maaf, betapa pun menyentuhnya cara kita saat memohon sebuah kemaafan, dan betapa pun indahnya kalimat-kalimat yang kita sususn sebagai bentuk penyesalan yang pada akhirnya kita ucapkan. Ternyata masih kadang dijumpai kata-kata permohonan maaf itu hanya sekedar ucapan pemanis di bibir saja.

Mengucapan maaf seakan hanya sekedar mengucapkannya saja karena sudah menjadi kebiasaan, ritual, tradisi, anjuran , dan mungkin karena terpaksa demi menyelesaikan sebuah masalah, atau terpaksa karena tidak ada pilihan lain.

Tuesday, August 6, 2013

Baju Baru Tidak Penting


Ramadan ke-28. Selepas makan sahur dengan menu pilihan anak-anak yaitu full dll nya. Kami duduk santai sambil menonton TV. Seperti biasa kami melihat channel Al-Jazirah yang meliput para demonstran yang berada di Rab'ah Al Adawiyah, sedang melakukan shalat Qiyamul Lail. Kami senang melihat channel itu khusus untuk melihat orang-orang yang sedang shalat, dengan imam bergantian yang suaranya merdu, mendayu, sendu, yang sering membuat bulu kuduk berdiri.

Sambil menonton, saya mengingatkan Adnan dan Adam, kalau sebentar lagi Ramadan akan berlalu dan hari kemenangan tiba (Idul Fitri). Sayapun tak lupa untuk memberi pujian kepada Adam, karena hingga masuk hari ke-28 Ramadan puasanya belum ada yang bolong.

Saya sebagai ibunya pasti merasa senang, karena, meskipun puasa untuk seumur Adam belum wajib baginya, tapi setidaknya dengan berpuasa sejak dini bisa mengajarkannya untuk menahan lapar dan dahaga terlebih belajar "bersabar". Bersabar untuk tidak tergoda saat melihat menu buka puasa buatan mamanya, yang yummy. Dan untuk bersabar menahan diri terhadap sesuatu yang lebih, tunggu Adam lebih besar lagi .. :D

Setelah memuji Adam, saya bertanya pada keduanya.

"Lebaran sebentar lagi nih, ada tidak yang mau beli baju baru, kan belum ada baju baru ? "

"Boleh, kalau mama mau belikan" Jawab Adam.

"Kalau mama tidak belikan, bagaimana ?"

"Ya tidak apa-apa, kan tidak penting beli baju barunya."

"Bettuul, tidak apa-apa ?"

"Iyalah, saya kan masih ada baju di lemari, pakai itu saja"

"Ya sudah, berarti lebaran nanti kita tidak ada pakai baju baru, semua yaa"

"Iya, tapi lebaran saja, nanti kalau saya sudah mau sekolah baru beli baju barunya,

celana, tas dan sepatu baru. Iya kan Adnan ?"

"Lah, kok malah banyak yang mau dibeli, bukan  baju saja ?"

"&#^$$#@*&^%^%$  J"

Adam tak ada comment lagi, semantara Adnan cuma bisa bilang "itu kan terserah mama, tapi saya tidak usah beli baju sekolah, karena baju kemarin masih bagus, tas juga, sepatuku juga masih baru". J

Alhamdulillah .. Baju baru yang kadang dibeli khusus untuk menyambut hari Raya Idul Fitri tidak dikenal baik, dan tidak menjadi "harus" oleh keduanya.

Hal ini memberi nilai plus bagi mereka berdua, dan plus plus bagi saya sebagai Ibunya yang memang tidak menyediakan "budget" untuk baju lebaran. *Miskin 'Boo*

Dan buat Adam, cukuplah pujian, ciuman dan pelukan dari mamanya menjadi reward untuknya. Karena sudah mau belajar berpuasa di bulan Ramadan. Semoga saat tiba waktunya nanti. Saat berpuasa di bulan Ramadan sudah wajib untuknya, Adam tidak lagi susah untuk melakukannya. Bravo buat Adam .. !!!