Uang 100 usd sekitar 25 lembar dan beberapa
lembar pecahan 50 RM dalam amplop serta selembar e-Ticket, kutemukan di
pojok kursi ruang tunggu airport. Uang dan ticket itu segera kuambil,
dan memasukkannya dalam tas.
Aku melangkah menjauh dari tempat dimana kutemukan uang dan e-ticket itu. Sambil berpikir, uang dan e-ticket ini aku laporkan atau tidak, ya?
Aku jadi bingung, ada inginnya melaporkan, tapi juga ketidak inginannya lebih kuat lagi. Angka nol, jumlah lembaran dollar dan RM dalam amplop itu, cukup menyilaukan mata dan hati. Benar-benar menggoda imanku.
Di tempatku berdiri, aku mulai mondar-mandir. Aku sedang berjuang untuk mengikuti satu kata hatiku.
Karena disatu sisi, hatiku berkata, "Uang ini tak usah kamu laporkan, Na. Lumayan uangnya untuk kamu gunakan beli ini dan itu. Pokoknya kamu ambil saja, ambil ambil ambil, rugi kamu kalau mengembalikannya".
Namun, di sisi lain, hatiku berkata, "Na, kembalikan uang itu kepada pemiliknya. Kasian yang punya, lagipula uang itu tidak seberapa, kok. Uang itu jika tetap kamu ambil, malah hanya akan menghalangi rezekimu yang lebih dari itu".
Akh, benar-benar perjuangan yang berat. Berat untuk memilih kata mana yang akan aku ikuti. Sementara tak bisa meminta pendapat orang lain. Karena aku hanya berjuang dengan diri sendiri.
Saat masih dalam kebingungan, tiba-tiba aku mendengar panggilan, agar penumpang pesawat penerbangan EY 2745, segera masuk ke pesawat. Aku yang masih saja bingung hanya terus mondar-mandir tak menghiraukan.
Beberapa menit kemudian, terdengar panggilan terakhir, akupun gegas menuju asal datangnya suara itu. Dan langsung menyerahkan boarding pass, kepada petugas yang memakai baju seragam putih-biru, yang sedang berdiri di pintu. Petugas itu mempersilahkan agar aku segera masuk ke pesawat.
Aku menuju pesawat. Namun, langkahku terasa berat karena masih kebingungan. Beberapa langkah sebelum masuk pesawat, aku berhenti dan membalikkan badan. Aku berlari kecil menuju meja informasi yang berada tak jauh dari tempat menyerahkan boarding passku.
Dengan sedikit napas tersengal. Aku melaporkan dan menyerahkan amplop yang berisi beberapa lembar uang dollar dan RM, berserta e-Ticket yang kutemukan tadi.
Alhamdulillah, akhirnya, aku berhasil melepaskan amplop yang sudah sempat membuat aku kebingungan. Serta berhasil mengikuti satu kata hati yang terus bergantian berbisik padaku. Dan, apa yang telah kulakukan, tidak sedikit pun menyisakan rasa sesal dalam hati.
Setelah amplop dan e-ticket itu kembali kepemiliknya, aku kembali melangkah menuju pesawat. Kini, langkahku terasa ringan dan hatiku pun lega.
Selang beberapa menit, aku sudah duduk manis di dalam pesawat, dengan seat belt yang sudah melingkar diperutku. Dan, bibirku mulai komat-kamit membaca doa safar. Setelah membaca doa dan sebelum pesawat takeoff, aku terbangun. Ya, aku terbangun dari mimpi dan ceritaku pun selesai. :D
*Catatan : Seandainya ini terjadi bukan dalam mimpi. Aku tidak yakin, kalau bisa berbuat seperti ini. Namun, jika itu benar terjadi, sungguh menjadi kejadian yang luar biasa. Karena imanku tak goyah oleh lembaran-lembaran itu. :D
Aku melangkah menjauh dari tempat dimana kutemukan uang dan e-ticket itu. Sambil berpikir, uang dan e-ticket ini aku laporkan atau tidak, ya?
Aku jadi bingung, ada inginnya melaporkan, tapi juga ketidak inginannya lebih kuat lagi. Angka nol, jumlah lembaran dollar dan RM dalam amplop itu, cukup menyilaukan mata dan hati. Benar-benar menggoda imanku.
Di tempatku berdiri, aku mulai mondar-mandir. Aku sedang berjuang untuk mengikuti satu kata hatiku.
Karena disatu sisi, hatiku berkata, "Uang ini tak usah kamu laporkan, Na. Lumayan uangnya untuk kamu gunakan beli ini dan itu. Pokoknya kamu ambil saja, ambil ambil ambil, rugi kamu kalau mengembalikannya".
Namun, di sisi lain, hatiku berkata, "Na, kembalikan uang itu kepada pemiliknya. Kasian yang punya, lagipula uang itu tidak seberapa, kok. Uang itu jika tetap kamu ambil, malah hanya akan menghalangi rezekimu yang lebih dari itu".
Akh, benar-benar perjuangan yang berat. Berat untuk memilih kata mana yang akan aku ikuti. Sementara tak bisa meminta pendapat orang lain. Karena aku hanya berjuang dengan diri sendiri.
Saat masih dalam kebingungan, tiba-tiba aku mendengar panggilan, agar penumpang pesawat penerbangan EY 2745, segera masuk ke pesawat. Aku yang masih saja bingung hanya terus mondar-mandir tak menghiraukan.
Beberapa menit kemudian, terdengar panggilan terakhir, akupun gegas menuju asal datangnya suara itu. Dan langsung menyerahkan boarding pass, kepada petugas yang memakai baju seragam putih-biru, yang sedang berdiri di pintu. Petugas itu mempersilahkan agar aku segera masuk ke pesawat.
Aku menuju pesawat. Namun, langkahku terasa berat karena masih kebingungan. Beberapa langkah sebelum masuk pesawat, aku berhenti dan membalikkan badan. Aku berlari kecil menuju meja informasi yang berada tak jauh dari tempat menyerahkan boarding passku.
Dengan sedikit napas tersengal. Aku melaporkan dan menyerahkan amplop yang berisi beberapa lembar uang dollar dan RM, berserta e-Ticket yang kutemukan tadi.
Alhamdulillah, akhirnya, aku berhasil melepaskan amplop yang sudah sempat membuat aku kebingungan. Serta berhasil mengikuti satu kata hati yang terus bergantian berbisik padaku. Dan, apa yang telah kulakukan, tidak sedikit pun menyisakan rasa sesal dalam hati.
Setelah amplop dan e-ticket itu kembali kepemiliknya, aku kembali melangkah menuju pesawat. Kini, langkahku terasa ringan dan hatiku pun lega.
Selang beberapa menit, aku sudah duduk manis di dalam pesawat, dengan seat belt yang sudah melingkar diperutku. Dan, bibirku mulai komat-kamit membaca doa safar. Setelah membaca doa dan sebelum pesawat takeoff, aku terbangun. Ya, aku terbangun dari mimpi dan ceritaku pun selesai. :D
*Catatan : Seandainya ini terjadi bukan dalam mimpi. Aku tidak yakin, kalau bisa berbuat seperti ini. Namun, jika itu benar terjadi, sungguh menjadi kejadian yang luar biasa. Karena imanku tak goyah oleh lembaran-lembaran itu. :D
No comments:
Post a Comment