Setelah beberapa hari lalu cukup kaget
mendengar suara tembakan. Hingga masih melihat di chanel Al Jazirah,
demo yang masih saja menelan korban. Saya dan Adnan pun ngerumpi alias
cerita-cerita lepas. Dan, seperti inilah hasil ngerumpinya.
***
Saya : Yaa, Mesir jadi terasa tidak aman
begini ya. Suara tembakan jadi sering kita dengar, demo tak ada henti-hentinya.
Kalau begini jadi mau pulang cepat ke Indonesia.
Adnan : Kenapa kita mau pulang, kita di sini aja, biar saya sekolah. Mesir aman, Ma. Kan ada dalam Al-Quran ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ
Saya : Artinya ?
Adnan : Masuklah kamu ke Mesir, Insya Allah aman.
Saya : Wah, keren, tahu artinya juga ternyata. Tapi yang demo-demo ini, kita tidak tahulah, ya, apa mereka benar atau salah.
Adnan : وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚإِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
Saya : Kalau ayat itu apalagi artinya?
Adnan : Artinya itu, Ma. Maksudnya yang batil itu pasti hilang, Ma.
Adnan : Kenapa kita mau pulang, kita di sini aja, biar saya sekolah. Mesir aman, Ma. Kan ada dalam Al-Quran ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ
Saya : Artinya ?
Adnan : Masuklah kamu ke Mesir, Insya Allah aman.
Saya : Wah, keren, tahu artinya juga ternyata. Tapi yang demo-demo ini, kita tidak tahulah, ya, apa mereka benar atau salah.
Adnan : وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚإِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
Saya : Kalau ayat itu apalagi artinya?
Adnan : Artinya itu, Ma. Maksudnya yang batil itu pasti hilang, Ma.
Saya : Lah, kok artinya cuma pendek, ayatnya kan panjang?
Saya : Artikannya yang lengkap, biar Mama
tahu. Artikan dengan bahasa Arab saja!
Adnan : Eh, Mama. Bagimana mau di bahasa
Arab, kan itu
sudah bahasa Arab.
Saya : Upss .. Iya yaa .. Mama salah
ngomong, nih. #Tutup muka. :D
Pertanyaan saya membuat Adnan bingung untuk menjelaskannya dalam bahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesianya lumayan blepotan. Jadilah ayatnya dicari di internet, dan saya disuruh baca tuh artinya. Padahal, saya tahu, kok, artinya. Cuma ngetes aja. Kali aja dia cuma hapal ayatnya tapi tidak tahu artinya. Tapi, ternyata Adnan sangat tau dan mengerti ayat yang dibacanya #Alhamdulillah, saya kan jadi senang. Hehehe
***
Setelah ngerumpi dengan Adnan. Saya jadi senyum-senyum sendiri. Saya tiba-tiba ingat kejadian beberapa puluh tahun lalu, yang ceritanya begini.
Waktu itu, saya masih duduk di kelas VI atau kelas I SMP.(rada-rada
lupa). Semasa saya masih umur segitu. Ada
acara radio yang saya suka. Karena sukanya hampir tak pernah saya lewatkan.
Acara itu adalah sandiwara radio Tutur Tinular, Saur Sepuh, dan Badai Laut
Selatan.
Nah, sandiwara-sandiwa radio ini adalah favorite saya, yang tak ingin
saya lewatkan setiap episodenya. Jam diputarnya sandiwara ini ada beberapa
kali. Ada pagi
siang dan sore. Jadwal pagi, jelas saya tidak bisa ikuti kalau hari sekolah.
Begitupun yang jam siang. Karena saya masih di sekolah. Jadi, yang paling
berpeluang untuk saya ikuti adalah jadwal sore.
Sayangnya, jadwal sore ini diputar jam 4.30 pm. Kemudian dilanjutkan
dengan sandiwara lain. Jadi otomatis, sandiwaranya selesai sekitar jam 6.00
lewat pm. Sementar jam 6.00 pm itu sudah berkumandang azan magrib.
Di rumah, meskipun semua penghuninya, background pendidikannya bukan dari
PP, mereka masih cukup menyadari untuk menyegerakan shalat lima waktunya. Ya,
kecuali saya kali ya, yang sering lambat karena masih asyik dengar sandiwara
radio. Eh, ada satu Kakak laki-laki saya, kalau ini asli Islam KTP, karena
shalatnya bukan lagi sering telat, tapi memang shalatnya cuma sekali seminggu,
hanya hari Jumat saja. #Astaghfirullah 1000x.
Saudara-saudara saya yang lain juga suka dengar sandiwara itu, tapi
mereka masih bisa mendengarnya sambil melakukan pekerjaan lain. Sukanya mereka juga
tidak pake banget, jadi kalau ada episode yang terlewatkan, ya, biasa saja.
Tidak seperti saya, harus duduk atau berbaring pas di depan radio. Kalau
ada episode yang terlewatkan kayak ada yang kurang, deh. Sehingga tak heran,
jika saya selalu diingatkan dengan waktu shalat. #Kebiasaan buruk jangan
ditiru.
Waktu itu, entah saya lagi kemasukan roh apa. Biasanya, kalau saya lagi
sadar dengan kewajiban, ketika azan Magrib berkumandang sayapun cepat-cepat
wudu dan shalatnya. Tapi, saat itu saya seperti malas beranjak dari depan
radio. Sehingga saya lupa kalau waktu Magribnya sudah mau habis. #Injury
Time.
Karena itu, Ibu berulang kali menyuruh saya untuk segera shalat Magrib,
tapi saya tetap tak beranjak, saya seakan tak mendengar Ibu yang terus-terusan
mengingatkan untuk shalat. Terakhir, Ibu kembali memanggil dan menyuruh saya
shalat, dan suaranya sudah mulai meninggi.
Saya yang mulai merasakan kekesalan Ibu langsung berdiri. Dan, begonya
saya waktu itu karna langsung berdalil,
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ
Artinya : Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam)”. (Al-Baqarah: 256)
Setelah saya membaca penggalan ayat dari surat Al-Baqarah, tanpa tedeng aling-aling,
dengan cepat telapak tangan Ibu mendarat di pipi saya. Sambil berkata,
"Bilang apa? Shalat itu memang bukan paksaan tapi kewajiban". Belum
lagi dengan plus plusnya, dua kakak saya ikutan ngomel #Oh, My God .. Deritaku
lengkap sudah.
Untungnya, saat itu tulang pipi saya sudah cukup keras, jadi tidak
membuat muka saya berubah bentuk. Meskipun airmata saya sudah menganak sungai.
Dan, sejak kejadian itu, saya tidak lagi macam-macam, selain satu macam saja.
Tidak juga menjadi anak yang sotta (Sok
tahu) dalam berdalil. #Tobat Nasuha
Dari kejadian yang lalu, satu yang saya petik. Bahwa tidak seharusnya
kita sembarang berdalil, apalagi jika maknanya tidak dipahami betul.
Karena, boleh jadi kita berdalil karena merasa benar atau untuk
pembelaan diri, tapi malah semakin memperlihatkan bahwa kita sangat salah dan
keliru. Dan, dalil yang saya bacakan waktu itu, adalah salah satu bukti, bahwa
saya salah dalam memahani dan menggunakannya. #Saatnya tempeleng diri sendiri. :D
*Kenangan masa kecil*
*Kenangan masa kecil*
"..sandiwara radio Tutur Tinular, Saur Sepuh, dan Badai Laut Selatan"
ReplyDeletepasti lahir 80 ya.. hehehe