Tuesday, September 17, 2013

Saputangan, Lenso-Lenso & Handuk Tangan

 
Saputangan, lenso-lenso, handuk tangan

Selepas makan siang, seperti biasa, kalau hari Jumat tempat paling asyik itu ya duduk depan TV. Melihat berita tentang Mesir, di daerah-daerah mana saja yang sedang demo/long march. #Sok ngerti aja saya ini dengan berita*

Kemarin, sementara nonton, sayapun sambil menyuapi Adwan dengan biscuit. Tapi Adwan sudah mau pegang sendiri biscuitnya. Jadilah iya pegang dan mulutnya pun jadi kotor. Karena itu saya minta tolong Adnan untuk ambilkan "saputangan" yang berada tidak jauh dari tempat saya duduk,

"Adnan, mama minta tolong ambilkan saputangannya".

Saya minta tolong tanpa menunjuk ke arah sapu tangan itu. Sementara, Adnan yang lagi asyik mengerjakan sesuatu, tidak langsung meninggalkan tempat duduknya. Saya kembali berkata,

"Adnan, mama minta saputangan, kok tidak bergerak seh".
"Entar ma, saya selesaikan ini dulu"

Monday, September 16, 2013

Singkong & Kenangannya


Tahun 2000
Setelah menikah, saya langsung diboyong ke Mesir oleh suami, yang saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa di Al-Azhar University. Saya ke Mesir dengan langkah "sedikit" terpaksa,. Karena saya berat meninggalkan Indonesia dengan segala yang ada di dalamnya.

Beberapa hari setibanya saya di Mesir. Saya jalan-jalan ke pasar, dan langsung mencari salah satu jenis makanan kesukaan saya dan keluarga waktu di kampung. Karena sukanya makanan itu hampir tiap minggu kami nikmati dalam berbagai macam cara pengolahan, baik itu digoreng, bakar, rebus atau diolah menjadi kue. Makanan itu adalah ketela pohon, yang di kampung lebih dikenal dengan nama ubi kayu atau singkong.

Seperti yang kita tahu, singkong  mengandung banyak nutrisi, tidak pada umbinya saja, tapi daunnya pun memiliki banyak kandungan vitamin, mineral, asam amino sessensial serta protein yang baik untuk tubuh kita. Sehingga tidak heran jika daunnya pun bisa disulap menjadi sayuran yang sangat lesat.

Namun sayang, singkong ternyata tidak bisa dijumpai di Mesir. Meskipun dalam bentuk barang impor, yang ada  hanyalah ketela rambat atau ubi jalar. Karena itu, akhirnya saya tidak bisa lagi menikmati makanan kesukaan saya selama beberapa tahun. 

Thursday, September 12, 2013

Rindu Bale Kannasa


Orang yang lahir di kampung, kadang saat meninggalkan kampung halamannya akan bertingkah. Ya contohnya kaya saya ini. Ketika  saya harus meninggalkan kampung halaman, ada saja yang menjadi alasan saya rindu akan kampung halaman. Dan salah satu alasannya adalah makanannya.

Seperti yang kita tahu, bahwa setiap daerah mempunyai makanan khas. Di tanah Bugis Makassar contohnya, ada coto dan konronya, di Jawa Barat (Sunda) ada Nasi Timbel , soto Bandung dll, di Sumatera (Padang) terkenal dengan rendangnya, dan di Jawa Timur terkenal dengan rawon, rujak cingur dll. Sementara di Jakarta (Betawi) ada Nasi uduk, kerak telor dll. Nah, makanan kerak telor ini yang belum pernah saya makan, meskipun sudah berapa kali mampir di Jakarta #Kacian .. :D 

Saya masih ingat waktu ke Batam, sebagai orang yang berasal dari tanah Bugis makanan yang paling pertama saya cari adalah coto, konro dan pisang ijo. Akan tetapi waktu itu di Batam masih sangat langka untuk menemukan masakan khas Bugis Makassar ini. Sehingga hampir setahun saya di Batam baru bisa makan coto, dan pisang ijo. Pisang ijonya pun tidak seperti di Makassar yang syrupnya pake syrup DHT. Karena ternyata di Batam tidak ada yang jual syrup DHT. Begitupun ketika pertama kali saya sampai di Mesir, singkong adalah yang pertama kali saya cari. Padahal di sini orang tidak tahu singkong, karena memang tidak ada singkong, adanya hanya ubi jalar. :Hehehe