Saat Adnan memperlihatkan pengumuman kelulusan
di Al-Azhar dan namanya dinyatakan lulus (dengan adanya tulisan "Alfu
Mabruk"). Saya berucap "Alhamdulillah" ber-ulang-ulang, sambil
mengusap-usap rambutnya. Saya terharu karena Adnan bisa membuktikan kepada saya, bahwa dia bisa lulus tanpa harus ikut perbaikan nilai/susulan (daur tsani).
Setelah melihat namanya, Adnan masih sibuk melihat nama dan nilai teman-temannya yang lain. Saya dan suami pun ikut serta memperhatikan nilai-nilai temannya. Dan, kemudian tiba-tiba Adnan bertanya kepada saya, yang masih dengan rasa haru berdiri di belakangnya.
"Mama, cuma bilang Alhamdulillah?"
"Lah, memang Adnan maunya mama bilang apa lagi?"
"Mama tidak bilang, mau kasi hadiah apa Adnan?" Adnan sambil tersenyum.
Dan, saya pun hanya membalas pertanyaan Adnan dengan senyuman. Saya bingung mau bilang apa lagi selain mengucapkan Alhamdulillah. Lebih bingung lagi karena saya tidak tahu harus memberinya hadiah apa.
Karena selama sekolah, yang namanya selesai imtihan (setelah imtihan dan setelah ada nilai) saya tidak pernah memberinya hadiah special. Selain mengajaknya makan di KFC, RM Indonesia, atau mengajaknya ke mall beli mainan yang dia mau, itupun dengan syarat harganya murah (tidak lebih dari 10 LE).
Saya tidak sekalipun memberinya hadiah yang harganya terhitung mahal. Dalam artian mahal untuk hitungan saya, yang keadaan ekonominya tidak memungkinkan untuk membeli hadiah yang mahal-mahal.
Beberapa menit kemudian, setelah melihat nilai teman-temannya, Adnan kembali bertanya, "Jadi, mama mau kasi hadiah apa?"
Mendengar Adnan mengulangi pertanyaannya. Saya langsung menjawab, "Insya Allah, mama akan kasi TIKET RETURN buat Adnan sebagia hadiah kelulusan, hadiah pertama." Saya tersenyum sambil menahan air mata.
Jawaban saya membuat Adnan tidak percaya, sehingga Adnan berulang kali bertanya,
"Betul, Ma? Betul? Betul? Betul, Ma?"
"Ya, Insya Allah, betul. Tapi dengan syarat harus banyak bersabar dan belajar dengan baik."
"Iya, Ma."
Dengan wajah semringah Adnan kemudian berdiri dan membalikkan badannya, lalu memeluk saya dengan erat. Hari itu Adnan sangat bahagia karena keinginannya untuk tetap melanjutkan sekolah di sini (Al-Azhar), atas izin-Nya akan terkabul.
Semoga Allah memberi kami umur panjang, dan kecukupan dengan rezeki yang halal, agar kami bisa menghidupi, dan memenuhi kebutuhan anak-anak kami dalam menuntut ilmu. Amin!
Setelah melihat namanya, Adnan masih sibuk melihat nama dan nilai teman-temannya yang lain. Saya dan suami pun ikut serta memperhatikan nilai-nilai temannya. Dan, kemudian tiba-tiba Adnan bertanya kepada saya, yang masih dengan rasa haru berdiri di belakangnya.
"Mama, cuma bilang Alhamdulillah?"
"Lah, memang Adnan maunya mama bilang apa lagi?"
"Mama tidak bilang, mau kasi hadiah apa Adnan?" Adnan sambil tersenyum.
Dan, saya pun hanya membalas pertanyaan Adnan dengan senyuman. Saya bingung mau bilang apa lagi selain mengucapkan Alhamdulillah. Lebih bingung lagi karena saya tidak tahu harus memberinya hadiah apa.
Karena selama sekolah, yang namanya selesai imtihan (setelah imtihan dan setelah ada nilai) saya tidak pernah memberinya hadiah special. Selain mengajaknya makan di KFC, RM Indonesia, atau mengajaknya ke mall beli mainan yang dia mau, itupun dengan syarat harganya murah (tidak lebih dari 10 LE).
Saya tidak sekalipun memberinya hadiah yang harganya terhitung mahal. Dalam artian mahal untuk hitungan saya, yang keadaan ekonominya tidak memungkinkan untuk membeli hadiah yang mahal-mahal.
Beberapa menit kemudian, setelah melihat nilai teman-temannya, Adnan kembali bertanya, "Jadi, mama mau kasi hadiah apa?"
Mendengar Adnan mengulangi pertanyaannya. Saya langsung menjawab, "Insya Allah, mama akan kasi TIKET RETURN buat Adnan sebagia hadiah kelulusan, hadiah pertama." Saya tersenyum sambil menahan air mata.
Jawaban saya membuat Adnan tidak percaya, sehingga Adnan berulang kali bertanya,
"Betul, Ma? Betul? Betul? Betul, Ma?"
"Ya, Insya Allah, betul. Tapi dengan syarat harus banyak bersabar dan belajar dengan baik."
"Iya, Ma."
Dengan wajah semringah Adnan kemudian berdiri dan membalikkan badannya, lalu memeluk saya dengan erat. Hari itu Adnan sangat bahagia karena keinginannya untuk tetap melanjutkan sekolah di sini (Al-Azhar), atas izin-Nya akan terkabul.
Semoga Allah memberi kami umur panjang, dan kecukupan dengan rezeki yang halal, agar kami bisa menghidupi, dan memenuhi kebutuhan anak-anak kami dalam menuntut ilmu. Amin!
No comments:
Post a Comment