Wednesday, December 11, 2013

Kata Anak pun Harus Didengarkan


Sekali waktu, Adnan pulang dari sekolah dengan membawa secarik kertas. Kertas itu berisikan pesan dari Amidah(Kepala Sekolah). Sesampainya Adnan di rumah, Adnan langsung menghampiri saya, yang sedang berada di kamar mengayun adiknya, Adwan.

Dengan percaya diri dan tanpa rasa takut. Adnan memperlihatkan kertas kecil itu, dan memberitahukan kalau dia dapat pesan dari Amidahnya. Adnan membaca surat yang ditulis dalam bahasa Arab. Saya yang mendengarnya pun minta Adnan menjelaskannya lagi dalam bahasa Indonesia. Penjelasan Adnan tentang surat itu kurang lebih begini, "Tingkah lakunya di sekolah tidak baik."

Haaaa …

Saya yang mendengarkan penjelasan Adnan merasa heran. Saya bertanya dalam hati, "Surat itu benar tidak sih isinya ?". Saya bukannya tidak percaya dengan apa kata Kepala Sekolah, tapi saya sangat meragukan dan tidak bisa membenarkan kalau anak saya bisa bertingkah tidak baik di sekolah. Saya sangat menjamin akan hal itu.

Karena Adnan, jangankan mau bertingkah tidak baik di sekolah, di rumah saja dia tidak bertingkah macam-macam. Jangankan mau bertingkah macam-macam, bicaranya saja tidak ramai-ramai amat (cerewet).

Temannya yang mungkin agak nakal di sekolah diprotesnya, yang banyak bicara diprotesnya. Tetapi, meskipun Adnan kadang protes temannya kalau sudah di rumah, Adnan tidak pernah menjelekkan temannya. Jadi, saya sangat menyangsikan akan isi surat kepala sekolahnya. Saya percaya tingkah Adnan akan baik-baik saja.


Sementara itu, Ayahnya yang mendengar penjelasan Adnan dalam bahasa Arab, sudah lebih dulu menari-nari. Ayahnya langsung marah. Weeww!

Melihat ayah Adnan marah, saya diam sejenak. Kemudian saya meminta Adnan untuk kembali menjelaskan "sebab", mengapa dia dianggap berkelakuan tidak baik pada gurunya. Sehingga diberi surat oleh kepada sekolah.

Adnan, yang anaknya memang tidak bermental baja kalau dimarahi. Ketika mendengar ayahnya marah, airmatanya langsung menganak sungai. Sementara saya masih saja terus mendesak Adnan, untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya.

Adnan, meskipun tak lagi mampu menahan airmatanya, dalam keadaan menangis Adnan mencoba memenuhi permintaan saya. Adnan akhirnya kembali bicara. Adnan menjelaskan sebenar kejadian yang terjadi.  

Menurut Adnan, Amidah memberi surat peringatan, karena guru Arabicnya marah kepada teman-teman se-kelas Adnan, karena tidak ada yang mau mendengarkan guru yang menyuruhnya untuk DIAM. Teman-teman Adnan tetap saja ribut sampai gurunya marah. Kata Adnan lagi, "Teman-teman akan diam kalau guru sudah bicara jelek." (Jelek maksud Adnan saya kurang paham) .. :D

Setelah Adnan menjelaskan, saya kembali bertanya kepada Adnan,

"Terus Adnan juga ikut ribut ya ?"
"Tidak, Ma. Saya cuma duduk sambil pegang bukuku dan lihat teman-temanku dimarahi."
"Terus, kok Adnan dapat kertasnya juga ?"
"Tidak tahu, Ma. Mungkin guruku sudah marah sekali, jadi langsung melapor ke amidah, dan kita semua dikasi kertasnya. Tapi kata guruku harusnya saya tidak dapat karena saya tidak ribut."

Mendengar jawaban terakhir Adnan, saya jadi lega. Saya sangat bisa mempercayai apa yang Adnan katakan, karena saya tahu Adnan bukanlah anak yang suka "bohong". Dan Adnan paling takut untuk bohong, karena sudah tahu kalau Mama'nya akan murka jika ketahuan bohong. Jadi tidak mungkin Adnan akan mengarang cerita.

Hari itu saya jadi kesal, tapi bukan karena Adnan mendapat kertas dari amidahnya. Melainkan kesal sama Ayahnya, yang langsung memarahi anaknya. Yang seakan percaya kalau anaknya bertingkah jelek di sekolah. Sebelum mendengar penjelasan Adnan. Padahal seharusnya tidak langsung marah, karena apa yang anak katakan pun harus kita dengarkan dulu sebelum menjudge.

Karena, jika benar tingkah Adnan di sekolah tidak baik, itu artinya saya (kami) sudah gagal mendidik anak-anak dalam tumbuhkembangnya, untuk tumbuh dengan sikap dan sifat yang baik. Sementara kami sadar bahwa hal-hal yang baik selalu kami dambakan dari anak-anak kami. Sehingga kami tak bosan-bosannya untuk mengajarinya dengan hal-hal yang baik, baik secara teori maupun dengan tindakan nyata.


***

Tentang tingkah laku anak, saya akan selalu ingat, saya sebagai orangtuanya perlu memahami bahwa, "Tingkah laku anak-anak seringkali merupakan cerminan tingkah laku orangtuanya".



No comments:

Post a Comment